SEJARAH REKAMAN DAN ALAT PEREKAM
Alat perekam suara pertama yaitu Phonoautograph penemuan Leon Scott telah ada sebelum Phonograph
penemuan Thomas Alpha Edison yang digunakan untuk mempelajari gelombang
suara pada tahun 1857. namun alat tersebut tidak digunakan untuk
mereproduksi hasil rekaman tersebut. Phonograph diciptakan
seiring dengan pengembangan perangkat telepon pada tahun 1870-an dan
pada saat itulah Edison mendapat ide untuk mencetak pesan telepon di
atas kertas berlapis wax manggunakan alat elektromagnetik. Setelah penemuan tersebut, bermunculan alat perekam lain seperti Graphophone
dan perusahaan lain yang membuatnya. Para ilmuwan meyakini bahwa alat
tersebut dibuat pada 9 April 1860 oleh ilmuwan Perancis, Edouard-Leon
Scott de Martinville.
Edouard-Leon Scott de Martinville merekam suara menggunakan alat bernama phonautograph yang
memindahkan gelombang suara ke dalam selembar kertas yang dihitamkan
dengan asap lampu minyak. Untuk memutar rekaman itu sendiri, para ahli
membuat alat pemindai digital beresolusi sangat tinggi. Dengan pemindai
digital itu para ahli dapat membaca gelombang suara yang dihasilkan
Edouard-Leon Scott de Martinville tersebut. Hasilnya, terdengarlah
rekaman seseorang bernyanyi: ‘Au clair de la lune, Pierrot repondit‘.
Edouard-Leon Scott de Martinville sendiri tidak bisa memutar ulang
rekaman yang ia buat tersebut, baru pada tahun 1888 Thomas Alpha Edison
dapat membuat alat yang dapat merekam sekaligus dapat memutar kembali
suara yang direkam.
Pada tahun 1894, Emir Berliner
mencetuskan ide untuk mencetak suara di atas piringan dan bukan silinder
dengan alas an lebih mudah direproduksi. Ide piringan inilah yang
berkembang menjadi disc yang kita kenal sekarang ini.
Phonograph, graphophone dan alat perekam lainnya adalah alat mekanik sampai tahun 1920 dikembangkan player dengan built in speaker yang mengizinkan pemutaran hasil rekaman dapat lebih keras suaranya. Hingga akhir perang dunia II, phonograph atau dikenal juga dengan gramaphone adalah satu-satunya alat perekam dan playback
yang umum digunakan, tetapi zaman sudah mulai berubah. Hollywood mulai
mengambil peranan dalam perkembangan rekaman dengan menggunakan suara di
film.
Tape Recording
Pada akhirnya, pengembangan tape recording yang menggantikan phonograph dan recording optical, karena lebih mudah dan biayanya yang lebih terjangkau. Tape mulai populer tahun 1950-an. Perkembangan tape recorder ini membawa perubahan yang pesat dalam membuat musik. Karena dengan tape, proses edit menjadi lebih mudah, pemberian efek fade in dan fade out bisa dilakukan. Jika sebelumnya seorang artis harus membawakan lagu dengan sempurna saat direkam, dengan adanya tape recording, proses penambalan dan edit yang lebih mudah, berbagai kesalahan dapat diperbaiki dengan mudah.
Multitrack Recording
Pada tahun 1940-an mulainya eksperimen
dengan menggunakan multitrack recording yang terus berkembang menjadi
lebih rumit hingga tahun 1960-an. Dengan adanya multitrack recording,
teknik merekam dengan memisahkan grup artis dapat dilakukan. Efek lain
yang ditimbulkan oleh multitrack recording ini adalah munculnya suara
stereo. Para insiyur suara pada tahun 1930-an mulai bereksperimen dengan
merekam menggunakan 2 microphone, 2 amplifier, dan 2 speaker yang
menyebabkan efek aural yang menyenangkan. Pada tahun 1960-an, 8 track
player yang biasa diasosiasikan dengan player untuk mobil menjadi sangat
popler namun segera mati dan digantikan oleh kaset.
Tahun 1963 Philips mengenalkan Compact audio cassette
atau yang lebih kita kenal sebagai kaset sebagi media penimpan audio
baru. Perusahaan yang berbasis di Eindoven Belanda ini baru menjual
massal penemuan mereka ini pada tahun 1965, kemudian pada tahun 1971,
Advent Corporation memperkenalkan Model 201 tape deck yang merupakan ibu dari tape yang selama ini kita kenal. Dalam perkembangan berikutnya pada awal dekade 1980-an lahirlah Walkman yang dibuat oleh perusahaan elektronik dari Jepang yaitu Sony. Perusahaan ini membuat alat pemutar kaset portable yang ukurannya tak lebih dari ukuran kotak makan.
Digital Recording
Mulai tahun 1980-an teknologi digital recording mulai berkembang. Tahun 1984 Sony memperkenalkan Compact Disk
CD yang berbentuk seperti cakram kecil dengan lubang ditengahnya. Ide
dari pembuatan CD ini adalah merampingkan bentuk media penyimpan musik
populer selama ini yaitu kaset yang dirasa terlalu besar. Disamping itu
pengenalan CD ini juga bertujuan untuk membuat kualitas audio yang
dihasilkan menjadi lebih baik selain kepraktisan dalam penyimpanan.
Lahirnya CD kemudian diikuti oleh
lahirnya VCD dan DVD yang dapat menyimpan bentuk visual bergerak selain
dapat menyimpan bentuk audio. Lahirnya CD dan perkembangannya tidak
dapat dipungkiri merupakan awal dari revolusi musik digital karena
data-data yang disimpan dalam CD adalah data-data audio dalam format
digital. Dan pada tahun 1990-an, budaya rekaman sudah mencapai era yang
sangat berubah dari budaya awal. Denagn segala kemudahan menggunakan
peralatan multimedia, dengan semuanya sudah berupa file digital, hobbyist dan pemakai komputer biasa sudah bisa merekam dan mengedit materi digital dan me-mixingnya. Musical Instrument Digital Interface (MIDI) juga mengubah bagaimana musik dibuat. Format
Audio Digital sendiri banyak sekali macamnya, seperti WAV, AAC, WMA,
Ogg Vorbis, Real Audio, MIDI dan tentu saja yang paling populer adalah
MP3.
MP3 yang secara teknis disebut MPEG 1
Audio Layer3 lahir dari kerjasama antara tim dari Fraunhofer Institute
Jerman dan Digital Audio Broadcasting (DBA). Proyek mereka ini diberi
nama EUREKA EU147. Kerjasama yang dimulai pada tahun 1985 ini ide
besarnya adalah membuat format audio yang serealistik mungkin dengan
ukuran file yang sekecil mungkin. Tim yang diketuai oleh Profesor Dieter
Seitzer dan Profesor Heinz Gerhauser akhirnya menemukan algoritma yang
dapat menangkap berkas suara yang tidak tertangkap telinga. Berkas suara
ini sendiri dapat dimampatkan sebesar 1/10 dari ukuran semula.
Algoritma yang bernama ISO-MPEG Audio Layer-3 (IS 11172-3 dan IS13818-3)
ini kemudian distandarisasi secara global dengan Moving Picture Experts
Group (MPEG) agar dapat diterima secara internasional.
Ditahun 1995 tim dari Fraunhofer
Institute Jerman membuat Wimplay yang merupakan pemutar musik versi
Windows yang bisa memecah algoritma MP3 sehingga dapat dinikmati secara
reltime. Wimplay inilah yang menjadi cikal bakal Media player yang
terdapat di Personal Computer.Dalam perkembangannya berikutnya lahirlah
iPOD yang merupakan pemutar MP3 portable yang digagas oleh Steve Jobs
yang merupakan CEO Apple inc.
Perkembangan teknologi dari masa ke masa
tidak dapat dipungkiri memberi dampak bagai pedang bermata dua. Di satu
sisi perkembangan teknoloi pemutar musik kesempatan bagi tersebarnya
produk-produk musik secara luas kepada penikmatnya. Disisi lain
pembajakan musik menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan bagi
perkembangan industri musik sendiri, dalam hal ini dapat dikatakan
industri teknologi informasi bisa menjadi madu sekaligus racun bagi
industri musik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar